Kisah Dua Desa Di ponorogo Yang Salin Bersebrangan


Ilustrasi Gambar By : Pixabay


Mitos atau kepercayaan turun temurun bentuknya bermacam-macam. Dan dinegara kita Indonesia bicara hal mitos negara kita masih lekat dengan hal semacam itu.

Seperti dua desa didaerah Ponorogo jawa timur, Dua desa tersebut saling bersebrangan atau melarang warganya untuk ada persahabatan atau ikatan pada desa yang menjadi targetnya. Mungkin bukan Ponorogo saja yang ada hal semacam itu.

Seperti mitos yang ada dijawa barat. Antara Bandung dan Pangandaran. Bila anda asli pribumi bandung mungkin melarang untuk pergi ke pangandaran, Atau sebaliknya. Apapun itu yang namanya mitos terkadang masih dijadikan kepercayaan atau Dogma yang mendalam.

Berbeda halnya dengan desa diponorogo ini, bila bertemu dengan lawan mitosnya, tidak ada tegur sapa atau tolong menolong. Terlebih membuat ikatan pernikahan. Seperti apa berikut ulasan dua desa diponorogo yang saling bersebrangan.

Jarwoto sabar menunggu di parkiran puskesmas Sukorejo, meski petugas puskesmas sudah berkali-kali memanggilnya untuk segera masuk ruang klinik. Dia enggan masuk karena di dalam klinik masih ada orang desa Mirah yang masih diberikan pelayanan. Jarwoto sendiri adalah warga desa Nggolan yang bersebelahan dengan desa Mirah yang masih satu kecamatan Sukorejo.

Beberapa waktu yang lalu kata petugas parkir ada orang Nggolan tiba-tiba nggeblak, terjatuh tak sadarkan diri. Menurut petugas parkir, tak sengaja ada orang Nggolan dan orang Mirah yang tak sengaja duduk bersama di ruang antrean.

Situasi seperti sudah menjadi rahasia umum, dan disadari oleh warga kedua desa. Dalam kendaraan umum, dalam satu resepsi hajatan, dalam suatu pertemuan mereka pantang bertemu meski tidak bermusuhan.

Kepercayaan seperti ini masih dipegang teguh sampai saat ini, bertemu saja tidak berani apalagi menjalin asmara ataupun bersatu dalam pernikahan. Masyarakat Golan pantangan menikah dengan orang Mirah.




Banyak cerita lucu tentang kedua desa ini, sungai yang mengalirpun airnya tidak mau menyatu. Begitupun saat ada hajatan bila ada orang Golan di tempat jajanan orang Mirah jadi malapetaka, begitu pula sebaliknya.

Menurut Pak Dirman tokoh reog di Ponorogo, ada cerita yang melatarbelakangi kepercayaan tersebut.

Di desa Golan ada makam atau petilasan yang banyak diziarahi warga. Makam tersebut adalah makam Ki Onggolono. Semasa hidup, dia adalah tokoh yang disegani dan memiliki kesaktian. Dia adalah orang kepercayaan Ki Gede Surya Ngalam atau Ki Ageng Kutu yang berseberangan dengan Betoro Katong Raja Wengker cikal bakal kabupaten Ponorogo.

Seperti kisah Romeo dan Juliet, anak laki-laki Ki Onggolono yang bernama Joko Lancur menjalin cinta dengan Amirah anak perempuan Ki Ageng Mirah. Karena perbedaan keyakinan kedua orangtuanya, hubungan itu berakhir dengan kematian.

Sejak itu ada pantangan warga desa Golan tempat tinggal Ki Onggolono dan warga desa Mirah asal Ki Ageng Mirah untuk menikah.

"Tak sampai disitu itu, cerita berlanjut sampai warga Golan dan Mirah tidak pernah saling mengunjungi jika ada hajatan. Kalau dilanggar bisa berakhir malapetaka," ujar Tiplati, warga di sekitar makam Ki Onggolono di Desa Golan.

Menurut Tiplati sebenarnya ada dua versi makam Ki Onggolono, yang satu di desa Nggolan kecamatan Sukorejo Ponorogo ini, sedangkan satunya di daerah Warujayeng Nganjuk di dekat makam Ki Ageng Keniten.

Bagaimana menurut anda percaya akan mitos tersebut.?? Percaya atau tidak semua tergantung pada anda masing-masing namun perlu diingat. Jodoh, Maut, Rezeki semua tuhanlah yang menentukannya.



Sumber Cerita : Kompasiana


~ SEMOGA ~ BERMANFAAT ~

Posting Komentar

0 Komentar